PENDAHULUAN
Sindrom karpal tunel (SKT) adalah gejala
neuropati saraf medianus akibat adanya penekanan di daerah pergelangan tangan
sisi palmer. Penekanan tersebut akibat adanya peningkatan tekanan di dalam
tunel sehingga fungsi saraf medianus berkurang (fig.1). Adapun saraf medianus
berasal dari akar/root C6. C7 dan T1 dengan serabut saraf sensoris menginervasi
ibu jari (1), jari telunjuk (2), jari tengah (3) sisi palmer dan separoh jari
manis (4) sisi palmer dengan sisi dorsal dari ujung jari-jari tersebut.
Fig. 1 Anatomi saraf medianus yang berada dalam
tunel karpal yang berbentuk oval bersama-sama dengan tendondon fleksor sublimis
dan profunda. Saraf medianus berada di radial dan superfisial dalam tunel
tersebut
Serabut motrik saraf medianus menginervasi
otot-otot thenar yang meliputi otot abduktor polisis brevis, otot opponen dan
otot fleksor polisis brevis dan juga otot lumbrikal jari telunjuk dan jari
tengah (fig. 2).
Fig. 2. Serabut sensoris dan motorik saraf
medianus (otot abductor polisis brevis, fleksor polisis brevis dan opponent)
Penekanan saraf medianus akibat pengurangan
volume tunel/terowongan tunel atau peningkatan isi terowongan tersebut yang
dapat menimbulkan kerusakan saraf yang
disebut transient ischemic episode to
microvascular disorders. Berdasarkan progresifitas SKT dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
a. Stadium
1 SKT (Stage 1 of CTS /mild): Transient
epineural ischemic episodes dapat
menimbulkan nyeri intermiten dan paresthesia saraf medianus di daearah tangan (nerve transmission disorders). Gejala terjadi di malam hari atau
akibat aktifitas spesifik seperti menyetir mobil (driver) atau memegang buku atau surat kabar dan lain sebagainya.
b.
Stadium 2 SKT (Stage 2 of CTS /moderate): Keluhan paresthesia yang menetap dan tingling yang berhubungan dengan
gangguan intraneural and epineural
microcirculation concomitant dengan edema intrafascicular. Tes electro-diagnostic
umumnya menghasilkan abnormal sensory
conduction.
c. Stadium
3 SKT (Stage 3 of CTS /severe): Fungsi sensoris dan motoric
bersifat menetap (permanent) akibat
kerusakkan dengan atrofi otot-otot thenar.
Tes Electro-diagnostic adalah abnormal,
demyelinisation dan axonal degeneration akibat prolonged endoneural edema.
ETIOLOG SINDROM KARPAL TUNEL (SKT)
Di Amerika angka
kejadian SKT adalah 1-3 pasien per 1000 kasus setiap tahun dan angka prevalensi
50 pasien setiap 1000 populasi. SKT adalah peningkatan tekanan pada saraf
medianus di dalam karpal tunel akibat beberapa faktor seperti trauma dan trauma
kronis karena pekerjaan dan juga dapat akibat non trauma yang meliputi
kehamilan, peningkatan umur (puncaknya 50-60 tahun), wanita lebih sering tejadi
dibandingkan pria terutama pada fase menopause, riwayat keluarga,
hipotiroidisme, diabetes, penyakit autoimmune, rematoid, kegemukan, penyakit
ginjal, infeksi dan anomali anatomi.
HISTORY SINDROM KARPAL TUNEL/SKT
Riwayat klasik pasien akan menceritakan rasa nyeri seperti
tertusuk-tusuk pada tangan, ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan separoh
jari manis pada sisi volar, terutama di malam hari sehingga terbangun. Kejadian
ini setiap malam sebanyak tiga kali dan secara teori atau berdasarkan anatomi
innervasi saraf medianus berbeda dengan saraf ulnaris tetapi pasien sering
mengatakan keluhan tersebut pada seluruh tangan. Keluhan lainnya adalah nyeri
yang menyebar ke lengan bawah sampai ke bahu dan clumsiness. Pada stadium 3 SKT pasien juga mengeluh atrofi
otot-otot thenar dan gangguan fungsi ibu jari.
PEMERIKSAAN SINDROM KARPAL TUNEL
- Pemeriksaan Umum: Pasien suspek SKT perlu pemeriksaan leher guna meyakinkan bahwa keluhan paresthesia bukan berasal kelianan dari daerah tersebut.
- Inspeksi (Look): Tangan terlihat normal. Atrofi otot-otot thenar yang samar-samar dianjurkan pada pemeriksaan inspeksi kedua telapak tangan didekatkan pada sisi palmer kedua tangan dan kemudian lakukan observasi kedua ibu jari dari atas (fig. 3).
Fig.
3. Pemeriksaan atrofi otot-otot thenar
- Palpasi (Palpation): Nyeri tekan (tenderness) dan pemeriksaan sensoris tangan..
- Gerakan (Movement): Dapat terjadi kelemahan gerakan abduksi ibu jari pada SKT.
- Special clinical tests: Pemeriksaan Tinel sign adalah positif (perkusi saraf medianus) dapat menimbulkan tingling pada jari-jari. Fleksikan pergelangan tangan selama 1-2 menit dapat menimbulkan rasa kesemutan dan tingling (Phalen test adalah positif). Pemeriksaan lain adalah two-point discrimination) bisa menghasilkan tidak normal pada SKT
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (INVESTIGATION)
Bila riwayat karakteristik ke arah diagnosis SKT maka pemeriksaan tambahan tidak diperlukan.
Bila pasien disertai keluhan di leher maka pemeriksaan tambahan electro-diagnostic tests dilakukan dan
perlu diketahui bahwa pemeriksaan electro-diagnostic
sebanyak 10% pada pasien SKT adalah normal. Bila ada riwayat trauma maka
pemeriksaan x-ray proyeksi AP dan
lateral tangan perlu dikerjakan.
MANAJEMEN
Sekarang, standar praktek pelayanan SKTS secara
evidence berkembang secara evolusi.
Hal tersebut adanya perbaikan dari perkembangan sistematis penelitian diagnosis
dan manajemen SKT yang dilakukan oleh dokter. Tuntunan praktek pelayanan SKT
tidak terlepas akan perbaikan pendidikan dokter yang manghasilkan dokter
profesional dalam menjalankan tugas di pelayanan primer.
§ KONSERVATIF (CONSERVATIVE): Tujuan manajemen non-operatif
adalah mengurangi kompresi mekanik saraf medianus di daerah pergelangan tangan
dan mengobati semua faktor risiko. Indikasi manajemen konservatif SKT stadium 1
(mild) dan 2 (moderate) meliputi night splints pada posisi neutral yang
harus dipakai selama 6 minggu dengan latihan (exercises) untuk memperbaiki peluncuran (gliding) dan ketegangan saraf sehingga dapat menghilangkan kompresi
serta memperbaiki postur sendi dan juga memperbaiki aliran darah. Terapi
konservatif juga termasuk NSAID peroral, diuretics, vitamin B6,
ultrasound, iontophoresis, steroid dan
yoga.
§ PROMOSI
DAN PENCEGAHAN: GP dan dokter keluarga harus mampu melakukan promosi dan
pencegahan yaitu menghilangkan dan mencegah seluruh faktor risiko SKT seperti
yang diterangkan di atas pada masyarakat di tempat mereka memberikan pelayanan
kesehatan.
§
RUJUKAN (REFERRAL): Bila manajemen
konservatif gagal maka pasien dirujuk ke ahli orthopaedi atau Rumah Sakit terdekat
yang mempunyai fasilitas (ahli orthopaed) untuk melakukan terapi operasi yaitu
membuka ligamen transverse secara terbuka atau endoskopi.
KEPUSTAKAAN
- AAOS (2007). Cinical Practice Guidline on the Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 6300 North River Road, Rosemont IL
- Ahcan U, Arnez ZM, Bajrovic F and Zorman P (2002). Surgical technique to reduce scar discomfort after carpal tunnel surgery. J Hand Surg 27: 821-827
- Fischer B, Gorsche R and Leake P (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment. Medical Services Workers’ Compensation Board-Alberta
- Rodner CM and Katarincic J (2006). Open Carpal Tunnel Release. Tech.Orthop 21: 3-11
- Singh I,Khoo KM, and Krishnamoorthy S (2005). Ann Acad Med Singapore. 23: 94-97
No comments:
Post a Comment