Friday, December 18, 2015

PELAYANAN PRIMER SINDROM KARPAL TUNEL/SKT (CARPAL TUNNEL SINDROME/CTS)



PENDAHULUAN
Sindrom karpal tunel (SKT) adalah gejala neuropati saraf medianus akibat adanya penekanan di daerah pergelangan tangan sisi palmer. Penekanan tersebut akibat adanya peningkatan tekanan di dalam tunel sehingga fungsi saraf medianus berkurang (fig.1). Adapun saraf medianus berasal dari akar/root C6. C7 dan T1 dengan serabut saraf sensoris menginervasi ibu jari (1), jari telunjuk (2), jari tengah (3) sisi palmer dan separoh jari manis (4) sisi palmer dengan sisi dorsal dari ujung jari-jari tersebut.


Fig. 1 Anatomi saraf medianus yang berada dalam tunel karpal yang berbentuk oval bersama-sama dengan tendondon fleksor sublimis dan profunda. Saraf medianus berada di radial dan superfisial dalam tunel tersebut



Serabut motrik saraf medianus menginervasi otot-otot thenar yang meliputi otot abduktor polisis brevis, otot opponen dan otot fleksor polisis brevis dan juga otot lumbrikal jari telunjuk dan jari tengah (fig. 2).

 


Fig. 2. Serabut sensoris dan motorik saraf medianus (otot abductor polisis brevis, fleksor polisis brevis dan opponent)

Penekanan saraf medianus akibat pengurangan volume tunel/terowongan tunel atau peningkatan isi terowongan tersebut yang dapat menimbulkan kerusakan saraf  yang disebut transient ischemic episode to microvascular disorders. Berdasarkan progresifitas SKT dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a.    Stadium 1 SKT (Stage 1 of CTS /mild): Transient epineural ischemic episodes dapat menimbulkan nyeri intermiten dan paresthesia saraf medianus di daearah tangan (nerve transmission disorders). Gejala terjadi di malam hari atau akibat aktifitas spesifik seperti menyetir mobil (driver) atau memegang buku atau surat kabar dan lain sebagainya.

b.      Stadium 2 SKT (Stage 2 of CTS /moderate): Keluhan paresthesia yang menetap dan tingling yang berhubungan dengan gangguan intraneural and epineural microcirculation concomitant dengan edema intrafascicular. Tes electro-diagnostic umumnya menghasilkan abnormal sensory conduction.

c.    Stadium 3 SKT (Stage 3 of CTS /severe): Fungsi sensoris dan motoric bersifat menetap (permanent) akibat kerusakkan dengan atrofi otot-otot thenar. Tes Electro-diagnostic adalah abnormal, demyelinisation dan axonal degeneration  akibat prolonged endoneural edema.



ETIOLOG SINDROM KARPAL TUNEL (SKT) 
Di Amerika angka kejadian SKT adalah 1-3 pasien per 1000 kasus setiap tahun dan angka prevalensi 50 pasien setiap 1000 populasi. SKT adalah peningkatan tekanan pada saraf medianus di dalam karpal tunel akibat beberapa faktor seperti trauma dan trauma kronis karena pekerjaan dan juga dapat akibat non trauma yang meliputi kehamilan, peningkatan umur (puncaknya 50-60 tahun), wanita lebih sering tejadi dibandingkan pria terutama pada fase menopause, riwayat keluarga, hipotiroidisme, diabetes, penyakit autoimmune, rematoid, kegemukan, penyakit ginjal, infeksi dan anomali anatomi.

HISTORY SINDROM KARPAL TUNEL/SKT

Riwayat klasik pasien akan menceritakan rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk pada tangan, ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan separoh jari manis pada sisi volar, terutama di malam hari sehingga terbangun. Kejadian ini setiap malam sebanyak tiga kali dan secara teori atau berdasarkan anatomi innervasi saraf medianus berbeda dengan saraf ulnaris tetapi pasien sering mengatakan keluhan tersebut pada seluruh tangan. Keluhan lainnya adalah nyeri yang menyebar ke lengan bawah sampai ke bahu dan clumsiness. Pada stadium 3 SKT pasien juga mengeluh atrofi otot-otot thenar dan gangguan fungsi ibu jari.
PEMERIKSAAN SINDROM KARPAL TUNEL


  • Pemeriksaan Umum: Pasien suspek SKT perlu pemeriksaan leher guna meyakinkan bahwa keluhan paresthesia bukan berasal kelianan dari daerah tersebut.
  • Inspeksi (Look): Tangan terlihat normal. Atrofi otot-otot thenar yang samar-samar dianjurkan pada pemeriksaan inspeksi kedua telapak tangan didekatkan pada sisi palmer kedua tangan dan kemudian lakukan observasi kedua ibu jari dari atas (fig. 3).



Fig. 3. Pemeriksaan atrofi otot-otot thenar


  • Palpasi (Palpation): Nyeri tekan (tenderness) dan pemeriksaan sensoris tangan..
  • Gerakan (Movement): Dapat terjadi kelemahan gerakan abduksi ibu jari pada SKT.
  • Special clinical tests: Pemeriksaan Tinel sign adalah positif (perkusi saraf medianus) dapat menimbulkan tingling pada jari-jari. Fleksikan pergelangan tangan selama 1-2 menit dapat menimbulkan rasa kesemutan dan tingling (Phalen test adalah positif). Pemeriksaan lain adalah two-point discrimination) bisa menghasilkan tidak normal pada SKT
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (INVESTIGATION)

Bila riwayat karakteristik ke arah diagnosis SKT  maka pemeriksaan tambahan tidak diperlukan. Bila pasien disertai keluhan di leher maka pemeriksaan tambahan electro-diagnostic tests dilakukan dan perlu diketahui bahwa pemeriksaan electro-diagnostic sebanyak 10% pada pasien SKT adalah normal. Bila ada riwayat trauma maka pemeriksaan x-ray proyeksi AP dan lateral tangan perlu dikerjakan. 

MANAJEMEN

Sekarang, standar praktek pelayanan SKTS secara evidence berkembang secara evolusi. Hal tersebut adanya perbaikan dari perkembangan sistematis penelitian diagnosis dan manajemen SKT yang dilakukan oleh dokter. Tuntunan praktek pelayanan SKT tidak terlepas akan perbaikan pendidikan dokter yang manghasilkan dokter profesional dalam menjalankan tugas di pelayanan primer.
§  KONSERVATIF (CONSERVATIVE): Tujuan manajemen non-operatif adalah mengurangi kompresi mekanik saraf medianus di daerah pergelangan tangan dan mengobati semua faktor risiko. Indikasi manajemen konservatif SKT stadium 1 (mild) dan 2 (moderate) meliputi night splints pada posisi neutral yang harus dipakai selama 6 minggu dengan latihan (exercises) untuk memperbaiki peluncuran (gliding) dan ketegangan saraf sehingga dapat menghilangkan kompresi serta memperbaiki postur sendi dan juga memperbaiki aliran darah. Terapi konservatif juga termasuk NSAID peroral, diuretics, vitamin B6, ultrasound, iontophoresis, steroid dan yoga.

§  PROMOSI DAN PENCEGAHAN: GP dan dokter keluarga harus mampu melakukan promosi dan pencegahan yaitu menghilangkan dan mencegah seluruh faktor risiko SKT seperti yang diterangkan di atas pada masyarakat di tempat mereka memberikan pelayanan kesehatan.

§  RUJUKAN (REFERRAL): Bila manajemen konservatif gagal maka pasien dirujuk ke ahli orthopaedi atau Rumah Sakit terdekat yang mempunyai fasilitas (ahli orthopaed) untuk melakukan terapi operasi yaitu membuka ligamen transverse secara terbuka atau endoskopi.


KEPUSTAKAAN

  1. AAOS (2007). Cinical Practice Guidline on the Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 6300 North River Road, Rosemont IL
  2. Ahcan U, Arnez ZM, Bajrovic F and Zorman P (2002). Surgical technique to reduce scar discomfort after carpal tunnel surgery. J Hand Surg 27: 821-827
  3. Fischer B, Gorsche R and Leake P (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment. Medical Services Workers’ Compensation Board-Alberta
  4. Rodner CM and Katarincic J (2006). Open Carpal Tunnel Release. Tech.Orthop 21: 3-11
  5. Singh I,Khoo KM, and Krishnamoorthy S (2005). Ann Acad Med Singapore. 23: 94-97


No comments:

Post a Comment