Pelayanan
trauma orthopaedi dilakukan oleh dokter ahli bedah orthopaedi dan traumatologi,
perawat, dan ahli rehabilitasi. Mereka memberikan petunjuk (guidline) pada penyembuhan kelainnan
sistem alat gerak tersebut. Tujuan pelayanan kesehatan trauma orthopaedi adalah
membantu pemulihan fungsi sistem gerak secepatnya. Kedisiplinan seorang pasien
trauma orthopaedi merupakan salah satu modal penyembuhan untuk mencapai fungsi
alat gerak yang mengalami lesi akibat trauma menjadi normal atau mengurangi
dampak yang tidak diinginkan. Pasien trauma orthopaedi dan keluarganya dapat
melakukan diskusi atau sharing akan
tindakan tersebut dengan dokter ahli orthopaedi dan traumatologi. Okeh karena
itu:
1. Pasien trauma orthopaedi dan
keluarganya mempunyai hak dan ikut bertanggung jawab dalam penentuan pengobatan
yang dilakukan oleh dokter ahli orthopaedi dan traumatologi setelah mendapat
penjelasan secara objektif, rinci, dan berdasarkan evidence serta etika kedokteran sampai rehabilitasi yang akan
diberikan oleh pemberi pelayanan.
2.
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami fase pelayanan di unit gawat
darurat (emergency department) yang bertujuan
meyakinkan bahwa tidak ada tindakan life
saving dan limb threatening.
3.
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami tindakan resusitasi cairan dan
trasnfusi sebagai tindakan life saving,
pemeriksaan laboratoriun dan pemeriksaan
tambahan lainnya yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis dan manajemen.
4.
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami tindakan fase emergensi seperti
ilustrasi 1 di bawah ini:
§
Bila
pasien trauma orthopaedi stabil setelah tindakan konservatif maka pasien dapat
pulang ke rumah (rawat jalan) dengan beberapa instruksi dari dokter. Bila ada
sesuatu keluhan segera menghubungi dokter yang bertugas atau masuk ke RS dan
lain sebagainya.
§
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami bahwa dari unit emergensi langsung
masuk ke kamar operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan berdasarkan indikasi
sebagai tindakan life saving atau/dan
limb threatening. Dokter ahli orthopaedi
dan traumatologi akan menjelaskan dan berdiskusi indikasi pembedahan emergensi
dan bahayanya bila tidak dilakukan. Dokter ahli harus mendapatkan persetujuan
dari pasien/keluarga dan bila tidak ada dan pasien tidak sadar maka perlu
ditulis di catatan medis dengan mengetahui saksi demi life saving pasien.
§
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami kemungkinan langsung masuk ke ICU
(intensive care unit) berdasarkan
indikasi life saving karena trauma
yang dialaminya sangat serius dan pembedahan harus tertunda karena dampaknya
tidak menguntungkan atau pasca operasi memerlukan perawatan yang lebih serius. Manajemen
trauma sudah dimulai disini. Pasien akan mendapatkan oksigen melalui facemask atau endotracheal tube (NGT) dan beberapa alat monitor lainnya serta intravenous
lines(IV) terpasang di tubuh pasien. Bila pasien tidak bisa makan
maka makanan diberikan melalui sonde di mulut atau di hidung pasien. Dokter
ahli orthopaedi dan trauatologi dan tim di ICU akan memberikan penjelasan dan
berdiskusi akan indikasi ICU dan dampaknya. Bila pasien pada fase end of life maka keluarga dan tim di ICU
dapat berdiskusi dan pertimbangan untuk di rawat di rumah.
§
Pasien
trauma orthopaedi kemungkinan akan menjalani rawat inap untuk persiapan operasi
elektif atau sesudah tindakan pembedahan emergensi. Dokter ahli orthopaedi dan
traumatologi akan melakukan evaluasi atau mereviu setiap hari kondisi pasien rawat
inap demikian juga pelayanan physical
therapy, terapi okupasi, ahli nutrisi dan pekerja sosial sesuai dengan
kebutuhan. Perawat orthopaedi dan traumatologi akan memberikan beberapa
petunjuk fasilitas dan obat yang diminum sewaktu rawat inap. Semua barang yang
berharga pasien sebaiknya diserahkan kepada keluarga dan bila tidak ada
keluarga sebaik disimpan oleh perawat secara tertulis.
5.
Pasien
trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami bahwa tujuan pembedahan adalah
memaksimal stabilitas dan mengembalikan kekuatan fungsi alat gerak seperti
tulang dan jaringan lunak yang mengalami trauma. Namun mencapai stabilitas
tidak semuanya dicapai dengan operasi dapat juga dengan cara konservatif sesuai
dengan indikasi. Transparansi dokter ahli orthopaedi dan traumatologi yang professional
dan menjunjung tinggi etika kedokteran sangat dibutuhkan. Beberapa isu yang
penting diperhatikan oleh pasien trauma orthopaedi dan keluarga sebagai berikut:
§
Rasa
nyeri atau rasa tidak nyaman selalu menjadi keluhan pasien trauma orthopaedi;
oleh karena itu pasien harus dapat menilai rasa nyeri tersebut secara pain scale: 0 = tidak ada rasa nyeri dan
10 = rasa nyeri hebat seperti digambarkan di bawah ini:
Pasien
diminta menilai rasa nyeri yang dikeluhkan tersebut berada di angka berapa
Bila rasa
nyeri tersebut tidak dapat terkontrol oleh medikasi maka pasien segera
melaporkan kepada perawat.
§
Pasien
trauma orthopaedi perlu melakukan batuk dan nafas yang dalam setiap dua jam
guna mencegah pneumonia dan bila
perlu menggunakan spirometer
§
Pasien
perlu membalikkan tubuhnya ke kanan-ke kiri guna mencegah dekubitus/ulkus pada
kulit terutama di daerah punggung, pantat/daerah pinggul, siku, dan tumit. Oleh
karena itu, pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus melakukan inspeksi
daerah tersebut beberapa kali setiap hari dan melaporkan kepada perawat.
§
Pada
operasi elektif pasien disuruh puasa pada malam hari. Pasien makan minum pasca
operasi sangat tergantung macam operasi yang dilakukan, rasa mau muntah
(nausea). Sebaiknya mengikuti rekomendasi dokter ahli orthopaedi dan
traumatologi.
§
Pasien
trauma orthopaedi mendapatkan medikasi seperti anti nyeri, antibiotik dan bila
perlu obat mencegah konstipasi, pemasangan kateter yang mengalami kesukaran
kencing dan sebagainya.
§
Pasien
trauma orthopaedi dan traumatologi mendapatkan pemasangan pneumoboots guna mencegah blood
clots atau pemasangan stocking
untuk membantu sirkulasi tungkai bawah.
6.
Beberapa
hal-hal yang penting atau pertanyaan yang perlu didiskusikan pasien dengan
dokter sebelum keluar RS
§
Lama
menggunakan kruk/walker/cane? sebagai
perlindungan atau proteksi tumpuan beban berat badan. Pertanyaan ini penting
bagi pasien trauma orthopaedi yang menggunakannya pasca manajemen.
§
Lama
menggunakan alat brace/ splint dan
kapan boleh bekerja atau sekolah atau mengemudikan mobil, berolah raga,
berhubungan intim dengan istri atau suami, dan kapan kontrol (follow-up), pemeriksaan x-rays, angkat jaitan, dan sebagainya
§
Bagaimana
mandi di rumah, implant (pin, skru,
plat dan sebagainya) yang terpasang pada tulang. Apakah permanen atau perlu
diambil kembali dan kapan?
§
Lama
meminum obat, rehabilitasi yang akan dijalankan.
§
Pada
daerah yang bengkak perlukah diletakkan es atau kompres panas di rumah dan bila
perlu perlu ditanyakan berapa lama.
§
Apa
yang akan dilakukan terhadap ansuransi terhadap kecelakaan dan kecacatan yang diderita
Semua masalah di atas, dokter ahli orthopaedi
dan traumatologi wajib menjelaskan secara rinci dan sistematis
No comments:
Post a Comment