Thursday, June 9, 2016

BEBERAPA PETUNJUK PELAYANAN TRAUMA ORTHOPAEDI

Pelayanan trauma orthopaedi dilakukan oleh dokter ahli bedah orthopaedi dan traumatologi, perawat, dan ahli rehabilitasi. Mereka memberikan petunjuk (guidline) pada penyembuhan kelainnan sistem alat gerak tersebut. Tujuan pelayanan kesehatan trauma orthopaedi adalah membantu pemulihan fungsi sistem gerak secepatnya. Kedisiplinan seorang pasien trauma orthopaedi merupakan salah satu modal penyembuhan untuk mencapai fungsi alat gerak yang mengalami lesi akibat trauma menjadi normal atau mengurangi dampak yang tidak diinginkan. Pasien trauma orthopaedi dan keluarganya dapat melakukan diskusi atau sharing akan tindakan tersebut dengan dokter ahli orthopaedi dan traumatologi. Okeh karena itu:
1.      Pasien trauma orthopaedi dan keluarganya mempunyai hak dan ikut bertanggung jawab dalam penentuan pengobatan yang dilakukan oleh dokter ahli orthopaedi dan traumatologi setelah mendapat penjelasan secara objektif, rinci, dan berdasarkan evidence serta etika kedokteran sampai rehabilitasi yang akan diberikan oleh pemberi pelayanan.
2.      Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami fase pelayanan di unit gawat darurat (emergency department) yang bertujuan meyakinkan bahwa tidak ada tindakan life saving dan limb threatening.
3.      Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami tindakan resusitasi cairan dan trasnfusi sebagai tindakan life saving,  pemeriksaan laboratoriun dan pemeriksaan tambahan lainnya yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis dan manajemen.
4.      Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami tindakan fase emergensi seperti ilustrasi 1 di bawah ini:




§  Bila pasien trauma orthopaedi stabil setelah tindakan konservatif maka pasien dapat pulang ke rumah (rawat jalan) dengan beberapa instruksi dari dokter. Bila ada sesuatu keluhan segera menghubungi dokter yang bertugas atau masuk ke RS dan lain sebagainya.
§  Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami bahwa dari unit emergensi langsung masuk ke kamar operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan berdasarkan indikasi sebagai tindakan life saving atau/dan limb threatening. Dokter ahli orthopaedi dan traumatologi akan menjelaskan dan berdiskusi indikasi pembedahan emergensi dan bahayanya bila tidak dilakukan. Dokter ahli harus mendapatkan persetujuan dari pasien/keluarga dan bila tidak ada dan pasien tidak sadar maka perlu ditulis di catatan medis dengan mengetahui saksi demi life saving pasien.
§  Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami kemungkinan langsung masuk ke ICU (intensive care unit) berdasarkan indikasi life saving karena trauma yang dialaminya sangat serius dan pembedahan harus tertunda karena dampaknya tidak menguntungkan atau pasca operasi memerlukan perawatan yang lebih serius. Manajemen trauma sudah dimulai disini. Pasien akan mendapatkan oksigen melalui facemask atau endotracheal tube (NGT) dan beberapa alat monitor lainnya serta intravenous  lines(IV) terpasang di tubuh pasien. Bila pasien tidak bisa makan maka makanan diberikan melalui sonde di mulut atau di hidung pasien. Dokter ahli orthopaedi dan trauatologi dan tim di ICU akan memberikan penjelasan dan berdiskusi akan indikasi ICU dan dampaknya. Bila pasien pada fase end of life maka keluarga dan tim di ICU dapat berdiskusi dan pertimbangan untuk di rawat di rumah.
§  Pasien trauma orthopaedi kemungkinan akan menjalani rawat inap untuk persiapan operasi elektif atau sesudah tindakan pembedahan emergensi. Dokter ahli orthopaedi dan traumatologi akan melakukan evaluasi atau mereviu setiap hari kondisi pasien rawat inap demikian juga pelayanan physical therapy, terapi okupasi, ahli nutrisi dan pekerja sosial sesuai dengan kebutuhan. Perawat orthopaedi dan traumatologi akan memberikan beberapa petunjuk fasilitas dan obat yang diminum sewaktu rawat inap. Semua barang yang berharga pasien sebaiknya diserahkan kepada keluarga dan bila tidak ada keluarga sebaik disimpan oleh perawat secara tertulis.
5.      Pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus memahami bahwa tujuan pembedahan adalah memaksimal stabilitas dan mengembalikan kekuatan fungsi alat gerak seperti tulang dan jaringan lunak yang mengalami trauma. Namun mencapai stabilitas tidak semuanya dicapai dengan operasi dapat juga dengan cara konservatif sesuai dengan indikasi. Transparansi dokter ahli orthopaedi dan traumatologi yang professional dan menjunjung tinggi etika kedokteran sangat dibutuhkan. Beberapa isu yang penting diperhatikan oleh pasien trauma orthopaedi dan keluarga sebagai berikut:
§  Rasa nyeri atau rasa tidak nyaman selalu menjadi keluhan pasien trauma orthopaedi; oleh karena itu pasien harus dapat menilai rasa nyeri tersebut secara pain scale: 0 = tidak ada rasa nyeri dan 10 = rasa nyeri hebat seperti digambarkan di bawah ini:


Pasien diminta menilai rasa nyeri yang dikeluhkan tersebut berada di angka berapa
Bila rasa nyeri tersebut tidak dapat terkontrol oleh medikasi maka pasien segera melaporkan kepada perawat.
§  Pasien trauma orthopaedi perlu melakukan batuk dan nafas yang dalam setiap dua jam guna mencegah pneumonia dan bila perlu menggunakan spirometer
§  Pasien perlu membalikkan tubuhnya ke kanan-ke kiri guna mencegah dekubitus/ulkus pada kulit terutama di daerah punggung, pantat/daerah pinggul, siku, dan tumit. Oleh karena itu, pasien trauma orthopaedi dan keluarga harus melakukan inspeksi daerah tersebut beberapa kali setiap hari dan melaporkan kepada perawat.
§  Pada operasi elektif pasien disuruh puasa pada malam hari. Pasien makan minum pasca operasi sangat tergantung macam operasi yang dilakukan, rasa mau muntah (nausea). Sebaiknya mengikuti rekomendasi dokter ahli orthopaedi dan traumatologi.
§  Pasien trauma orthopaedi mendapatkan medikasi seperti anti nyeri, antibiotik dan bila perlu obat mencegah konstipasi, pemasangan kateter yang mengalami kesukaran kencing dan sebagainya.
§  Pasien trauma orthopaedi dan traumatologi mendapatkan pemasangan pneumoboots guna mencegah blood clots atau pemasangan stocking untuk membantu sirkulasi tungkai bawah.
6.      Beberapa hal-hal yang penting atau pertanyaan yang perlu didiskusikan pasien dengan dokter sebelum keluar RS
§  Lama menggunakan kruk/walker/cane? sebagai perlindungan atau proteksi tumpuan beban berat badan. Pertanyaan ini penting bagi pasien trauma orthopaedi yang menggunakannya pasca manajemen.
§  Lama menggunakan alat brace/ splint dan kapan boleh bekerja atau sekolah atau mengemudikan mobil, berolah raga, berhubungan intim dengan istri atau suami, dan kapan kontrol (follow-up), pemeriksaan x-rays, angkat jaitan, dan sebagainya
§  Bagaimana mandi di rumah, implant (pin, skru, plat dan sebagainya) yang terpasang pada tulang. Apakah permanen atau perlu diambil kembali dan kapan?
§  Lama meminum obat, rehabilitasi yang akan dijalankan.
§  Pada daerah yang bengkak perlukah diletakkan es atau kompres panas di rumah dan bila perlu perlu ditanyakan berapa lama.
§  Apa yang akan dilakukan terhadap ansuransi terhadap kecelakaan dan kecacatan yang diderita
Semua masalah di atas, dokter ahli orthopaedi dan traumatologi wajib menjelaskan secara rinci dan sistematis


No comments:

Post a Comment